Kamera Analog adalah salah satu kategori kamera yang
dalam tehnik pengambilan gambarnya, masih menggunakan film seluloid.
Film seluloid ini mempunyai tiga buah elemen dasar, yaitu elemen optikal
yang berupa berbagai macam lensa, elemen kimia berupafilm seluloid itu
sendiri, serta elemen mekanik yang berupa badan dari kamera itu sendiri.
Selain itu, kamera analog membutuhkan bukaan diafragma 1/f detik,
sehingga cahaya yang ditangkap, bisa diterimaoleh film tersebut
menjadisebuah gambar.
Di dalam kehidupan masyarakat, kamera analog ini biasanya lebih akrab
dengan sebutan kamera film. Hal ini disebabkan karena penggunaan film
pada kamera tersebut, sebagai media perekam atau penyimpanannya. Film
tersebut juga biasa dikenal dengan sebutan klise atau negatif.
Sejarah Kamera Canon
Sejarah Kamera Canon
Seperti semua perusahaan-perusahaan besar dari jepang lainnya, Canon dimulai oleh seseorang yang biasa saja.
Goro Yoshida (1900-1993) dilahirkan di Hiroshima dan tidak pernah tamat
SMA. Dia lah yang menjadi cikal bakal adanya kamera Canon. Dia bekerja
disebuah perusahaan tempat developing film dan tempat perbaikan
kamera. Selama masa dia bekerja dia pernah membongkar kamera yang
sangat tenar waktu itu, Leica. Leica adalah kamera buatan Jerman dan
harganya sangat tinggi hingga digambarkan dengan gaji tertinggi lulusan
dari universitas paling elit saat itu adalah 70 yen dan harga sebuah
kamera Leica adalah 420 yen. (gila dong..)
Yoshida mempelajari isi dari kamera tersebut dan dia kesal setelah
melihat isi dari kamera tersebut. Didalamnya tidak terdapat barang yang
mahal seperti berlian. Semua benda mekanik terbuat dari kuningan,
alumunium, besi, dan karet. Dia kesal karena mengapa material yang
harganya sangat murah bisa menjadi benda yang sangat mahal.
Bersama dengan iparnya Saburo Uchida (1899-1982) dan Takeo Maeda
(1909-1977), Yoshida mendirikan Precision Optical Instruments
Laboratory pada tahun 1933 dan berhasil membuat kamera 35mm rangefinder
prototype yang dinamakan Kwanon “Leica model II”.
Nama “Kwanon” diambil dari dewa umat Buddha yaitu Kwannon dewa
pengasih. Dan bahkan lensanya pun diberi nama “Kyasapa” yang diambil
dari Mahakyasapa yaitu murid dari Buddha.
Namun pada tahun 1934, Yoshida mengundurkan diri dari laboratorium itu,
karena dia berfikir bahwa Precision Optical Instruments Laboratory
sudah tidak seperti yang dia inginkan.
Dengan semakin banyaknya penelitian, Precision Optical Instruments
Laboratory merasakan bahwa mereka tidak menemukan kemajuan dalam
memproduksi lensa yang notabene hal ini adalah yang paling penting
dalam pembuatan kamera. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk
bekerjasama dengan perusahaan pembuat lensa Nippon Kogaku Kogyo (yang
sekarang menjadi Nikon Corp.) Nippon Kogaku adalah perusahaan besar
pembuat peralatan optik yang secara khusus menangani peralatan militer
pada saat itu. Dan kebetulan dibawah kepemimpinan perusahaan yang baru,
mereka akam mencoba pasar domestik. Sehingga ajakan Precision Optical
Instruments Laboratory untuk bekerja sama dalam membuat kamera mendapat
sambutan yang sangat baik. Kerja sama mereka menghasilkan produk masal
pertama mereka yang diberi nama “Hansa Canon”
Pada February l936 Hansa Canon dengan lensa Nikkor 50mm f3.5 resmi
diluncurkan dan dipasarkan ke publik Jepang dengan harga 275 yen dan
diumumkan sebagai kamera 35mm rangefinder buatan jepang pertama dengan
kualitas tinggi.
Setelah itu nama kwanon berubah menjadi Canon.
Untuk membantu pemasarannya waktu itu, Precision Optical Instruments
Laboratory bekerja sama dengan Omiya Shashin Yohin Co., Ltd. (Toko
kamera dan accesories Omiya) Dan bahkan nama Hansa pada Hansa Canon
merupakan merk dagang yang diberikan oleh Omiya sendiri.
Seiring perkembangannya nama perusahaan pemegang merk Canon mengalami
beberapa kali perubahan nama. Pada Juni l936 Precision Optical
Instruments Laboratory berubah menjadi Japan Precision Optical
Instruments Laboratory. Pada 10 Agustus 1937 Japan Precision Optical
Instruments Laboratory merubah bentuk kepemilikan perusahaan tersebut
menjadi perusahaan saham gabungan, dan merubah nama perusahaan tersebut
menjadi Precision Optical Industry Co., Ltd dan tanggal tersebut
ditentukan sebagai tanggal lahir Canon Inc.
Takeshi Mitarai (1901-1984) yang pada waktu itu sebagai presiden dari
Precision Optical Industry Co., Ltd mendengar keluhan dari konsumen
yang sulit mengingat nama perusahaan produsen kamera Canon mereka,
sehingga Mitarai memutuskan merubah nama Precision Optical Industry
Co., Ltd menjadi Canon Camera Co., Ltd pada 15 September 1947 .
Perkembangan kamera Canon sangat positif hingga dikabarkan bahwa
kualitas kamera Canon sebanding dengan kamera Leica. Hingga pada tahun
1954, Leica mengeluarkan produknya “Leica M3″ yang berhasil memukul
mundur semua kompetitor nya saat itu. Canon pun merasa harus mencari
jalan lain agar bisa tetap menjadi pemimpin di pasar kamera.
Dan pada akhirnya Canon Camera Co., Ltd memutuskan untuk berkonsentrasi
pada pengembangan kamera Single Lens Reflex (SLR) karena mereka pikir
bahwa dengan pemikiran dan pengembangan meraka, kamera SLR bisa sangat
unggul dari kamera Rangefinder. Pada Mei 1959 Canon meluncurkan
Canonflex sebagai SLR pertama mereka. September 1968 produksi kamera
Canon Luxury 35mm rangefinder yang sudah menjadi tradisi Canon sejak
kamera perdana mereka Kwanon, resmidiscontinue yang menjadikan type
“7S” sebagai produk 35mm Rangefinder Hi-end terakhir dari Canon.
Pada ulang tahun Canon Camera Co., Ltd yang ke 30, presiden Mitarai berkata dalam pidatonya,
” Untuk memperkokoh kemakmuran perusahaan kita tahun ini, kita harus
memegang kamera di tangan kanan, mesin-mesin bisnis dan peralatan optik
khusus di tangan kiri. Pada saat yang sama, kita harus secara
substansial meningkatkan ekspor kita”.
Dan perkataan itu menjadi pedoman perusahaan sehingga pada 1960 mereka
secara resmi mulai memasuki bidang elektronik seperti mesin fotokopi,
peralatan optik khusus dan lain sebagainya. Sehingga pada 1 Maret 1969
Canon Camera Co., Ltd kembali merubah nama mereka menjadi Canon Inc
sampai sekarang.
1. Kwanon, kamera pertama Canon. (1933)
Kwanon 35mm Rangefinder adalah cikal bakal kamera Canon yang iklannya
pertama muncul di Asahi Camera Magazine tahun 1934. Kamera ini tidak
pernah diproduksi masal, dan bahkan apa yang ada pada majalah adalah
merupakan model kayu saja tanpa bisa di operasikan. Namun Yoshida sang
founder mengaku pernah membuat prototype Kwanon sebanyak 10 buah.
2. Hansa Canon, kamera produksi masal pertama Canon. (1936-1939)
Hansa Canon 35mm Rangefinder adalah kamera produksi masal pertama yang
dijual secara komersil oleh Presision Optical Instrument Laboratory
(nama awal Canon Inc) yang merupakan hasil kerjasama dengan Nippon
Kogaku Kogyo (cikal bakal Nikon Corp). Hansa adalah merk dagang dari
perusahaan distributor kamera Omiya Shashin Yohin Co., Ltd yang menjadi
agen tunggal penjual kamera tersebut. Kamera ini adalah kamera pertama
buatan Jepang.
3. Canon Seiki Kogaku, kamera 35mm Rangefinder (1939-1944)
Adalah kamera yang sama dengan Hansa Canon namun tanpa gravir “Hansa”
pada body kamera setelah Omiya Shashin Yohin Co., Ltd memutuskan untuk
hanya memakai nama Canon dalam kamera tersebut. Dan seterusnya
ditambahkan gravir Seiki-Kogaku pada body kamera. Beberapa model yang
dikeluarkan adalah “Standard Model,” “S atau Newest Model,” “J atau
Popular Model” and “NS atau New Standard Model.”
4. Canon Seiki Kogaku (post war), kamera 35mm Rangefinder (1946-1968)
Line up kamera Canon di masa kebangkitan kembali setelah sempat berhenti berproduksi selama puncak perang dunia kedua.
Produk pertama yang mereka produksi kembali setelah perang (post war)
adalah type “J II” yang merupakan kelanjutan dari type “J” terdahulu.
Namun semua part yang digunakan merupakan sisa2 dari produksi type “J”
mereka terdahulu.
Dengan terus bertambahnya keuntungan dari perusaan, pada oktober 1946
mereka berhasil meluncurkan type “S II” yang merupakan type orisinil
buatan Canon dan tidak meniru dari model Leica lagi. Pada type ini
mereka sudah memakai lensa buatan mereka sendiri dengan nama
“Serenar”(yang sebelumnya memakai lensa buatan Nippon Kigaku yang
bernama Nikkor Lens). Pengembangan ini sebetulnya sudah dilakukan sejak
1937 oleh engineer mereka.
Selama masa ini juga dilakukan pengembangan terhadap teknologi yang
digunakan pada kamera buatan mereka. Seperti pada type “II B” dilakukan
pengembangan pada viewfinder kamera menjadi 3 pilihan mode. Sehingga
pemakaian viewfinder dapat di sesuaikan dengan lensa yang berbeda.
Pengembangan inilah yang dijadikan sebagai tonggak awal dari
pengembangan lainnya oleh Canon. Banyak pengembangan yang terjadi
setelahnya pada kamera Canon, seperti:
• Slow speed Shutter;
• Fast shutter speed;
• Fix Focal Plane Shutter;
• Electronic Flash Syncronization;
• Penggantian roll kamera di belakanga kamera (sebelumnya dari bawah)
• Pengembangan lensa Serenar 50mm f1.8 type Gaussian menjadi tanpa
flare yang selanjutnya membuat lensa tersebut menjadi Historical
Masterpiece Lens. Dan nama Serenar digantikan dengan Canon pada body
lensa pada pengembangan selanjutnya.
• Fast winding trigger
• Built-in exposure meter
Seiring dengan banyaknya pengembangan2 yang dilakukan oleh tim
engineering Canon terhadap kamera mereka, membuat kualitas kamera 35mm
Rangefinder buatan mereka menjadi sangat baik. Salah satu contohnya
adalah type “IV Sb2″ yang mempunyai Electronic Flash Sync pertama.
Model ini dinilai sebagai Masterpiece-nya Canon dan bahkan karena model
inilah Canon sempat juga dinyatakan sejajar dengan Leica pada waktu
itu, sebelum akhirnya Leica mengeluarkan type “M3″
Kehadiran “M3″ membuat para engineer dari Canon merasa terancam. Mereka
menilai “M3″ dikerjakan dengan sangat sempurna. Hingga mereka merasa
tidak yakin akan tetap bisa bertahan jika tetap mempertahankan untuk
tetap memroduksi kamera 35mm Rangefinder. Dengan alasan itulah Canon
mulai serius untuk mendalami kamera Single Lens Reflex (SLR).
Meski mereka sudah serius dalam penggarapan SLR, namun Canon tetap
memproduksi Hi-end 35mm Rangefinder. Dua type terakhir mereka “7″ dan
“7S” ternyata sangat berhasil dan sangat diminati oleh para pengguna
kamera saat itu. Namun kesuksesan itu tidak semata-mata membuat Canon
tetap bertahan pada produksi 35mm Rangefinder. “7S” adalah kamera
Luxurius 35mm Rangefinder produksi terakhir dari Canon sekaligus
menutup 32 tahun tradisi Canon dalam memproduksi Luxury 35mm
Rangefinder Camera mereka sejak pertama kali Kwanon dibuat.
5. Canon 35mm film lens shutter camera, (1961-2005)
Ketika Canon memulai untuk berpindah produksi mereka dari 35mm
Rangfinder menjadi SLR, Canon mulai mencari alternatif lain untuk bisa
sedikitnya menggantikan posisi 35mm Rangefinder mereka.
Canon merasa reputasi mereka dalam pembuatan kamera 35mm Rangefinder
sangat diakui oleh para konsumen. Hingga akhirnya mereka memutuskan
untuk memproduksi kamera jenis ini sebagai range produk mereka. Pada
januari 1961 mereka meluncurkan Canonet sebagai Canon’s first
intermediate-class, Lens-Shutter 35mm camera. Dan keberhasilan
pendahulunya tetap bisa diikuti oleh Canonet. Hal itu dibuktikan dengan
prestasi penjualannya dalam 2,5 tahun Canonet sudah terjual sebanyak
1juta buah.
Pada september 1969 olimpus-pen merupakan kamera pertama di jepang
dengan format Half Frame. Dan pada Februari 1963 Canon meluncurkan
DEMI. DEMI di ambil dari bahasa Francis yang artinya setengah. Canon
membangun DEMI untuk lebih melebarkan pasar Canon dalam hal penjualan
kamera. Diluncurkannya Canonet dan Demi adalah awalan untuk banyak
perubahan kedepan. Canonet dan Demi adalah cikal bakal dari kamera
poket yang sering kita pakai sekarang. Meskipun Canonet dan Demi
ditunjukan untuk pasar menengah, namun dalam perkembangannya Canon
tetap menawarkan format kamera jenis ini dalam berbagai varian dan
segmen pasar. Berikut adalah beberapa jenis pengembangan dari jenis
kamera tersebut:
• Canonet (1961-1972)
• Demi (1963-1967)
• Snappy (1982-1998)
• ELPH (1996-2002)
• SureShot (1979-2005)
6. Canon Single Lens Reflex (SLR), kamera SLR buatan Canon(1959-2004)
Sejak Canon memutuskan untuk berpindah ke jalur ke SLR, sebetulnya pada waktu itu sudah ada 8 model SLR yang beredar dipasaran.
Canon Flex adalah SLR pertama buatan Canon yang diluncurkan pada Mei
1959. Kamera ini menggunakan mount lensa dengan type R. Sehingga semua
kamera dengan mount type ini dinamakan kamera seri R. Kamera seri R
yang diluncurkan adalah “Flex”, “Flex RP”, “Flex R2000″, “Flex RM”.
Pada tahun yang sama tepatnya bulan Juni, Nikon juga meluncurkan produk
mereka yaitu “Nikon F” (kamera SLR pertama buatan Nikon).
Canonex adalah kamera Canon Lens Shutter (shutter pada lensa) pertama
dan terakhir yang di produksi oleh Canon. Kamera ini dibuat karena pada
waktu itu pasar eropa sangat tinggi permintaanya pada kamera jenis
tersebut. Pada kamera ini masih menggunakan mount lensa jenis S
(mounting lensa berbentuk ulir dengan standar kamera Leica).
Canon “FX” yang diluncurkan pada April 1964 adalah pengembangan SLR
Canon untuk lebih mempermudah pemakaiannya. Kamera seri ini memakai
mount lensa dengan tipe “FL”. Kelebihan pada mount ini adalah
memungkinkan untuk melakukan TTL (trough the lens) metering karena
kamera dan aperture pada lensa bisa berkomunikasi secara mekanik.
Beberapa type kamera yang di luncurkan sebagai seri FL (dengan mount
FL) adalah “FX”, “FP”, “PELLIX”, “FTQL”, “PELLIX QL”, “TL”.
EXee adalah type kamera pertama di jajaran kamera Canon dengan
fasilitas elemen depan kamera yang bisa di tukar (interchangeable)
dengan sistem ulir atau type EX namun rear elemen (lensa bagian
belakang) tetap menempel pada body. Diluncurkan pada oktober 1969,
kamera ini adalah seri pertama dengan seri EX. Kamera yang diluncurkan
dengan mount lensa EX adalah “EXee” dan “EX AUTO”(februari 1972).
F-1 merupakan kamera pembuka tradisi Top-of-the line Canon pada line-up
SLR. Diluncurkan pada Maret 1971 “F-1″ diciptakan untuk pemakai kelas
Pro. Mempunyai ketahan yang tinggi terhadap perubahan suhu dan cycle
mencapai 100000. F-1 merupakan kamera pertama yang memperkenalkan mount
FD pada pengguna kamera SLR Canon. Yaitu pengembangan mounting lensa
setelah FL. Kelebihan pada mounting ini adalah sudah menggunakan
aperture otomatis dan sistem pengunci lensa yang menggunakan sistem
breach lock ring. Kehandalan F-1 sangat diakui oleh para pengguna
kamera. Namun karena kamera tersebut ditunjukan untuk kalangan
profesional, harga yang ditawarkan menjadi ganjalan.
Hingga akhirnya dengan spek yang hampir sama namun dengan harga yang
cukup rasional Canon mengeluarkan FTb untuk menjawabnya. Meski tidak
sehebat F-1, FTb terbukti mampu menjawab keinginan pasar terhadap
kamera SLR. FTb berhasil terjual sebanyak 1juta unit hanya dalam waktu 3
tahun sejak kamera ini diluncurkan. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, pengembangan SLR juga berkembang kearah positif.
Penggunaan elektronik dan mikroprosessor mulai diterapkan dalam
teknologi SLR agar lebih mudah untuk digunakan oleh para penggunanya.
A-1 adalah pengembangan dari AE-1 (kamera dengan Auto Exposure Canon
pertama). Pada A-1 sistem elektronik mulai disempurnakan dengan
digunakannya mikrokomputer pada kamera untuk pengaturan shutter
speed-priority AE dan mode aperture-priority AE, juga mode fully
automatic program AE. Penggunaan mikrokomputer pada kamera oleh Canon
merupakan yang pertama didunia. Penggunaan mikrokomputer sangat
membantu memudahkan pemakaian kamera. Selain itu mikrokomputer membuat
biaya produksi terbilah murah, karena banyak hal yang terintegrasikan
didalamnya. Dengan adanya perkembangan yang cukup signifikan tersebut,
Canon ingin tetap memberikan yang terbaik pada jajaran Top-of-the-line
nya sehingga Canon kembali meliris New F-1 pada september 1981, seputuh
tahun semenjak F-1 diluncurkan. New F-1 mempunyai durability dan
leability yang sama dengan pendahulunya, namun dilakukan penyempurnaan
dengan ditambahkan mikrokomputer dan proses pembuatan body dan optik
yang lebih sempurna.
Perkembangan elektronik sangat menguntungkan, hal ini dibuktikan dengan
dikeluarkannya model T80 pada April 1985. T80 adalah kamera Canon
pertama dengan kemampuan Auto Focus. Untuk bisa melakukan AF, Canon
meliris T80 dengan lensa khusus yang dinamakan AC lens. Lensa ini
mempunyai mount FD namun mempunyai koneksi sinyal elektrik terhadap bodi
dan mempunyai motor pada lensa nya. T80 adalah generasi ketiga pada
jajaran T series.
Pada Februari 1985, semenjak T80 diluncurkan Minolta memperkenalkan AF
yang sebenarnya kamera 35mm SLR, “Minolta a-7000,” diikuti “Minolta
a-9000″ pada bulan September, sementara Nikon merilis kamera “Nikon
F-501″ pada April 1986. Permintaan pasar menjadi sangat tinggi semenjak
kamera itu diluncurkan, dan bahkan semenjak Nikon meliris “F-501″ nya,
50% pasar dikuasai oleh kamera AF. Meskipun Canon sudah meliris T80,
tapi kecepatan fokusnya sangat jauh dibanding dengan Minolta dan Nikon.
Pada maret 1985 Canon memutus kan untuk mengembangkan kamera AF
sebenarnya untuk bisa diliris pada 1 Maret 1987 yang bertepatan dengan
ulang tahun Canon yang ke 50.
Sesuai dengan janji nya, setelah dua tahun melakukan research akhirnya
pada tanggal 1 Maret 1987 project EOS pertama mereka diluncurkan
diluncurkan. EOS (Electronic Optical System) yang diambil dari nama
dewa Fajar kepercayaan yunani kuno, yang juga berarti generasi baru
dari kamera SLR. Pada generasi EOS, hampir semua aspek diperbaharui
diantaranya sensor fokus yang sangat sensitif, BASIS (Base-Stored Image
Sensor), motor yang sangat tinggi, dan memperkenalkan
supermikrokomputer yang mendukung komputasi dan kontrol yang super
cepat. Tidak hanya perubahan pada body, lensa pun mengalami perubahan
yang cukup signifikan. Jenis lensa yang dipakai memakai mounting EF
(electronic focus). Jenis menggunakan koneksi secara elektrik antara
body kamera dan lensa. Selain itu pada jajaran lensa EF diperkenalkan
juga USM (Ultrasonic Motor) yang pertama kali dikomersialkan di dunia
sebagai aktuator auto focus.
Satu bulan sebelum peluncurannya, “EOS 650″ ditunjukkan kepada publik
di Jepang Kamera Show di Tokyo dan mendapatkan sambutan yang hangat dan
menarik. Pada bulan Mei, dua bulan setelah memasuki pasar, “EOS 650″
berhasil merebut pangsa pasar teratas tidak hanya di Jepang, tetapi juga
di Eropa. Selain itu, “EOS 650″ mendapatkan Kamera Grand Prix Jepang
dan pada tahun yang sama European Camera ’87/’88 Award berhasil
didapatkan juga.
Seiring dengan perkembangan generasi EOS, Canon kembali meliris kamera
Top-of-the-line mereka. Pada september 1989 mereka meluncurkan EOS 1.
Sesuai dengan tradisi angka satu dari Canon, EOS 1 ditunjukan untuk
pemakai profesional. Tidak seperti Canon F-1 yang bertahan selama 10
tahun tanpa banyak perubahan, EOS 1 secara dinamis berubah. Berikut
adalah beberapa perkembangan dari model Top-of-the-line EOS.
• EOS 1N (november 1994) : AF sensor type silang dengan 5 titik fokus;
• EOS 1N HS (november 1994) dilengkapi Power Drive Booster E1
• EOS 1N DP (november 1994) dilengkapi battery pack BP-E1
• EOS 1N RS (maret 1995) dengan fixed semi transparent pellicle mirror sebagai pengganti blank out mirror.
• EOS 1V (maret 2000) dengan 45 titik fokus, 10 fps. EOS 1V adalah
merupakan puncak dari perkembangan kamera 35mm film pada jajaran
Top-of-the-line dari Canon.
Untuk lebih meluaskan pangsa pasar mereka, Canon tidak hanya menyasar
pasaran profesional namun mereka juga melebarkan sayap untuk pasar
pemula. Kamera SLR Canon yang ditunjukan untuk pasaran pemula mereka
namakan dengan Kiss. Canon EOS Kiss pertama diluncurkan pada september
1993. Kiss sendiri adalah singkatan dari “keep it smart and silent”.
Meski EOS Kiss ditunjukan untuk pasar pemula, tapi fitur yang ada
seperti AF, mekanisme Exposure dan berbagai macam mode AE tetap
tersedia yang menjadikannya rival terhadap kamera-kamera profesional.
New EOS Kiss diluncurkan pada september 1996 sebagai pengembangan untuk
Kiss sebelumnya dalah hal performance, kemudahan pengoperasian, dan
harga yang lebih rasional. Seperti kakaknya jajaran EOS 1, EOS Kiss
(atau Rebel untuk pasar Amerika) secara dinamis terus berkembang untuk
tetap bisa memenuhi kebutuhan pasar akan kamera SLR pemula.
Perkembangan paling akhir dari Canon untuk kamera SLR pemula adalah
diluncurkannya Canon EOS Kiss 7 pada september 2004 sebelum akhirnya
semua SLR kamera berpindah pada format Digital.
Sebelumnya kita udah bahas sejarah kamera Canon dari awal sampe
sekitaran 2005. Di perkirakan itu menjadi akhir masa produksi kamera
35mm film. Sekarang saya coba ceritakan sejarah kamera mulai digital
sampai sekarang.. Mulai..
7. Canon PowerShot, jajaran kamera kompak digital Canon (1986-Present)
Awal dari perkembangan kamera digital sebetulnya bukan dimulai oleh
digital, melainkan berawal dari kamera analog magnetic dengan media
penyimpanan pita magnetik atau floppy disk.
Tahun 1981, Sony meluncurkan kamera dengan sistem penyimpanan magnetik
yang dinamakan “Mavica”. Untuk mengantisipasi permintaan terhadap
kamera jenis itu, maka pada bulan oktober 1981 Canon membentuk tim
untuk mengembankan jenis kamera Magnetic Recording Color Still atau
disebut Still Video (SV). Sebagai upaya pengembangan pada tahun 1984,
Yomiuri Shimbun yang merupakan salah satu koran Jepang meminta kepada
Canon untuk dapat meliput Olimpiade di Los Angeles. Dengan persiapan
hanya 10 bulan untuk mempersiapan semuanya dari mulai persiapan
pelaksana lapangan sampai persiapan semua peralatan, mereka siap untuk
meliput. Suatu saat ketika meliput maraton pria, telepon mobile yang
digunakan sebagai transmiter gagal beroperasi. Jadi mereka mencoba
mengirimkannya lewat telepon umun. Dan ternyata berhasil.
Maka dengan hasil percobaan pada limpiade Los angeles tersebut Canon
mulai untuk memproduksi kamera dengan sistem penyimpanan magnetik yang
dinamakan RC-701. Pada bulan Juli 1986 RC-701 di launching oleh Canon.
Meskipun sudah banyak perusahaan yang mengembangkan kamera jenis
tersebut semenjak Mavica buatan Sony, namun Canon RC-701 sebagai kamera
magnetic recording still pertama yang di dunia yang dijual secara
umum.
Meskipun kamera magnetic recording still menggunakan sistem penyimpanan
analog, namun cara kerja dan teknologinya merupakan tonggak awal
pengembangan kamera digital hari ini.
Meskipun kelebihan yang dimiliki oleh kamera SV seperti tidak usah
mencuci film sangat menggiurkan, namun kekurangannya yaitu harga jual
yang sangat tinggi sangat mengalahkan kelebihan tersebut. Untuk type
RC-701 dijual dengan harga 390.000 yen.
Hingga akhirnya pada bulan November 1988, Canon meluncurkan RC-250 atau
disebut juga Q-PIC dengan harga dibawah seratus ribu yen. Q-PIC
dilengkapi dengan built-in play back function sehingga pengguna bisa
langsung melihat foto hasil jepretan mereka pada televisi mereka
masing-masing. Dengan kelebihannya tersebut, Q-PIC sangat laku terjual
di pasaran eropa dengan merk “ION”.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi komputer, hal ini sedikitnya
memaksa para pelaku electronik untuk bisa mengikuti arus pendigitalan.
Sehingga kamera SV dianggap tidak bisa lagi memenuhi keinginan
pemakainya. Namun pada waktu itu sensor CCD (sensor penerima gambar)
yang banyak digunakan dinilai tidak sanggup untuk menghasilkan gambar
yang baik dan media penyimpanan Compact Flash (CF) yang sangat mahal
pada waktu itu, membuat Canon sempat berfikir bahwa teknologi digital
tidak akan diterima oleh masyarakat luas.
Setelah Canon mengeluarkan kamera SV kualitas tinggi RC-570 pada april
1992, Canon berhenti memproduksi kamera SV dan beralih pada kamera
digital.
Pada tahun 1995 “EOS DCS” yang merupakan hasil kerjasama dengan Eastman
Kodak diluncurkan. EOS DCS merupakan kamera DSLR pertama buatan Canon
yang ditunjukan untuk pemakai Profesional. Lalu pada Juli 1996 Canon
meliris kamera kompak digitak pertama yang ditunjukan untuk pengguna
secara umum yang dinamakan PowerShot 600 dengan media penyimpanan CF.
Dengan diluncurkannya PowerShot 600, ini menandakan bahwa Canon sudah
memulai era digitalnya.
Perkembangan PowerShot sebagai jajaran kamera kompak digital buatan
Canon sungguh sangat memanjakan para penggunanya. Dalam pengembangannya
PowerShot berkembang menjadi beberapa tipe sesuai dengan peruntukan
pasarnya.
• PowerShot (1986-Present)
• PowerShot ELPH (2000- Present)
• PowerShot A (1998-Present)
• PowerShot S (1999-Present)
• PowerShot SX (2007-Present)
• PowerShot G (2000-Present)
• PowerShot Pro (1998-2004)
• PowerShot TX (2007)
8. Canon EOS Digotal SLR, jajaran DSLR Canon (1995-Present)
Awal 90-an merupakan saat dimana gelompang perkembangan dunia
elektronik berpindah menuju digital atau sering disebut saat saat
digitalisasi. Dan bahkan Canon pun dilanda gelombang transisi tersebut.
Disaat Canon akan berpindah menjadi kamera digital, Canon merasa
teknologi digital terlalu mahal untuk bisa di terima oleh masyarakat
luas. Sebagai langkah awal menuju era digital, Canon bekerja sama
dengan Eastman Kodak untuk membangun kamera Digital SLR (DSLR).
Proyek pertama mereka adalah EOS DSC 3 yang diluncurkan pada bulan juli
1995. Pengembangan EOS DCS 3 mengambil basis kamera EOS 1N dengan
pemakaian sensor gambar CCD (Charge-Coupled Device) high density
sebesar 1,3 megapiksel. Buffer memori berkecepatan tinggi yang besar 16
MB memungkinkan pemotretan terus menerus di 2,7 fps dalam 12-frame
burst. Selain itu, dengan menggunakan hard disk kamera 260 MB, dapat
menyimpan sekitar 189 frame. Ditunjukan untuk pemakai profesional
karena harga jual yang sangat tinggi sekitar 2 juta yen dan EOS 1D
dengan 4,5 MP dijual hanya 750000 yen. Sangat cocok untuk fotografer
olah raga dan berita.
Tidak lama setelah EOS DSC 3 diluncurkan, pada bulan Desember 1995 EOS
DSC 1 diluncurkan. Dengan ukuran gambar yang lebih besar, yaitu 6 MP
dengan kecepatan 0.6 fps. EOS DSC dijual dengan harga 3,6 juta yen.
Ditunjukan untuk fotografer yang membutuhkan kualitas gambar tinggi.
Seperti fotografer iklan atau landscape.
Diluncurkan pada bulan Maret 1998. Pengembangan kamera DSLR hi-end
Canon generasi ke 3 dengan tanpa embel2 Kodak pada body. Ditunjukan
untuk menggantikan EOS DSC 3 dan dijual dengan harga yang sama.
Canon EOS D2000. Kamera yang masih termasuk jajaran pengembangan EOS 1N. Memakai sensor CCD 2MP dengan 3.5 fps.
Diluncurkan pada bulan desember 1998.
Canon EOS D6000. Dengan sensor CCD 6 MP dengan 1 fps. EOS D6000
merupakan pengganti EOS DSC 1 dengan tanpa tulisan Kodak pada body. Dan
dijual dengan harga yang sama dengan Canon EOS DSC 1.
Setelah 4 produk DSLR Canon diluncurkan untuk kalangan profesional,
Akhirnya pada bulan oktober 2000 Canon EOS D30 dilncurkan. EOS D30
merupakan kamera DSLR pertama Canon yang diluncurkan untuk semua
kalangan dan juga disebut dengan pembuka era kamera DSLR standar.
EOS D30 merupakan kamera pertama Canon yang menggunakan sensor CMOS
(Complementary metal–oxide–semiconductor). Dengan ukuran gambar sebesar
3.2 MP dan kecepatan 3 fps dijual dengan harga 385.000 yen.
Sebagai pengembangan dari Canon EOS D30, pada bulan maret 2002 Canon
meluncurkan Canon EOS D60. Apa yang baru pada Canon EOs D60 adalah
penambahan jumlah pixel menjadi 6 MP dan kecepatan 3 fps. Seperti
halnya EOS D30, Canon EOS D60 pun masih menggunakan body berbahan
plastik. Canon EOS D60 adalah awal dari pengembangan kamera DSLR Canon
semi-profesional atau sering kita sebut dengan Canon DSLR dua digit.
Pada bulan desember 2001, Canon kembali meluncurkan kembali DSLR
jajaran Top-of-the-line nya dengan meluncurkan Canon EOS 1D dan ini
adalah kamera DSLR top-of-the-line pertama buatan Canon yang tanpa
berkolaborasi dengan produsen lain. Dengan ukuran gambar 4 MP dan
kecepatan 8 fps Canon EOS 1D dijual dengan harga 750.000 yen. Bentuk
bangun EOS 1D mengambil desain EOS 1V sebagai acuan. Sehingga bila kita
tidak melihat huruf D dan LCD yang ada di belakang, akan sedikit sulit
membedakan kedua kamera tersebut. EOS 1D ditunjukan untuk para
fotografer olahraga dan berita.
Pada november 2002, Canon kembali meluncurkan produk Top-of-the-line
nya Canon EOS 1Ds. Penambahan huruf S pada EOS 1Ds sangat berpengaruh
banyak. Menggunakan sensor CMOS dengan ukuran gambar 11 MP dan dengan
kecepatan 3 fps, Canon EOS 1Ds ditunjukan untuk hampir semua jenis
fotografer. Kelebihan lain dari sekedar huruf S yang ditambahkan adalah
Canon EOS 1Ds adalah kamera Canon pertama dengan sensor Full 35mm
Frame. Namun dengan besarnya ukuran gambar, Canon EOS 1Ds lebih
ditunjukan untuk kalangan fotografer yang menginginkan kualitas gambar
yang tinggi, seperti fotografer studio, iklan, atau landscape.
Pengembangan terhadap kamera Top-of-the-line Canon, dilakukan terus
sampai sekarang. Penandaan untuk setiap pengembangan adalah dengan
dibubuhkan Mark x (x adalah tanda pengembangan ke berapa). Beberapa
jenis hasil pengembangan Canon EOS 1D adalah:
• Canon EOS 1D (2001)
• Canon EOS 1Ds (2002)
• Canon EOS 1D Mark II (2004)
• Canon EOS 1Ds Mark II (2004)
• Canon EOS 1D Mark II N (2005)
• Canon EOS 1D Mark III (2007)
• Canon EOS 1Ds Mark III (2007)
• Canon EOS 1D Mark IV (2009)
Pada bulan maret 2003, Canon kembali meluncurkan kamera untuk kelas dua
digitnya. Ditunjukan sebagai pengganti Canon EOS D60, Canon EOS 10D
diluncurkan dengan pengembangan yang sangat menggiurkan. Dengan tetap
mengusung sensor APS-C CMOS 6 MP dan kecepatan 3 fps, Canon EOS 10D
menggunakan body yang terbuat dari magnesium-alloy. Selain itu dilakukan
penambahan pada titik fokus AF sebanyak 7 point. Canon EOS 10D
tercatat sebagai kamera semi-pro pertama dari jajaran kamera Canon.
Berikut beberapa pengembangan dari line-up kamera dua digit Canon.
• Canon EOS 10D (2003) 6MP 3fps
• Canon EOS 20D (2004) 8MP 5fps
• Canon EOS 20Da (2005) 8MP 5fps (japan domestic market)
• Canon EOS 30D (2006) 8MP 5fps
• Canon EOS 40D (2007) 10MP 6.5fps
• Canon EOS 50D (2008) 15MP 6.3fps
Mencoba untuk mengulang kesuksesan mereka pada Canon EOS Kiss 35mm film
SLR, pada september 2003 Canon meliris Canon EOS Kiss digital (digital
Rebel untuk pasar amerika dan tiga digit untuk pasar asia dan eropa).
Canon EOS Kiss Digital / 300D ditunjukan untuk pemakaian pemula. Dengan
sensor APS-C CMOS 6 MP dan kecepatan 2.5fps, Canon EOS Kiss mampu
menyerap pasar dengan sangat baik. Berikut adalah beberapa pengembangan
dari Canon EOS Kiss.
Canon EOS 350D /Kiss N/Rebel XT (maret 2005) 8MP 3fps 7 AF point.
Canon EOS 400D /Kiss X/ Rebel XTi (september 2006) 10MP 3fps 9 AF point.
Canon EOS 450D /Kiss X2/ Rebel XSi (maret 2008) 12MP 3.5fps 9 AF point.
Canon EOS 1000D /Kiss F/Rebel XS (juni 2008) 10MP 3fps 7 AF point.
Setingkat dibawah Canon EOS 1D, Canon meluncurkan kelas baru Full Frame yaitu Canon EOS 5D pada bulan oktober 2005.
Kamera ini ditunjukan untuk Advanced Amateurs yang mencari kamera
dengan kemampuan sensor Full Frame namun dengan ukuran dan berat yang
lebih kecil dari kamera profesional. Dengan ukuran gambar 12.8MP dan
kecepatan 3fps dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan para fotografer
profesional rookie.
Karena kesuksesan Canon EOS 50D dipasaran, pada november 2008 Canon
kembali meliris Canon EOS 5D Mark II dengan peningkatan pada jumlah
pixel menjadi 21 MP dan kecepatan 3.9 fps, diharapkan Canon EOS 5D Mark
II dapat menuai kesuksesan yang sama dengan pendahulunya.